Kelainan pada Sistem Reproduksi dan
Penanggulangannya
1.2 Kelainan Pada system Reproduksi
Vulva
• Hymen Infervorata: Himen yang tidak berlubang Diketahui setelah menarche
Darah dapat menumpuk di vagina, uterus dan tuba Dapat teraba sebagai tumor
kistik di abdomen bawah dan dirasakan nyeri. Dari vagina terlihat tidak tampak
lobang menonjol dan kebiruan. Pengobatan:Himenektomi Bila diketahui sebelum
menarce maka dilakukan observasi saja sampai anatomi semakin jelas.
• Atresia labia minora: Atresia kedua labium minus Akibat membrana
urogenitalis yang tidak menghilang.terdapat lubang untuk pengeluaran darah haid
dan kencing di belakang klitoris. Masih mungkin bisa hamil. Hipertrofi labium
minus Labium minus tumbuh berlebih.tidak ada terapi khusus dan tidak mengganggu
reproduksi Duplikasi vulva Jarang ditemukan.Kalau ada biasanya terdapat
kelainan berat lainnya sehingga bayi tidak bisa hidup.
• Hipoplasia vulva:Hipoplasia vulva Ditemukan bersamaan dengan genitalia
interna yang kurang berkembang.Terjadi pada keadaan hipoestrogenisme,
infatilisme. Ciri sex sekunder juga tidak berkembang. “Vulva mencerminkan
keadaan ovarium” Kelainan Perineum Bayi tidak beranus, anus bermuara ke saluran
genitalia, dan saluran air kencing dan feses pada satu lubang .
Pengobatan kelainan pada vulva
Pembedahan pada kasus kelainan vagina harus selalu berpegang pada tujuan
pembedahan secara umum, yaitu menghilangkan keluhan penderita, menghilangkan
keadaan patologi, mengembalikan fungsi organ tersebut, dan memperhatikan
estetik.
Sebagai contoh, pada kelainan vagina berupa himen imperforata atau septum
vagina transversal yang menghalangi keluarnya darah haid perlu segera dilakukan
eksisi. Akan tetapi, bila kelainan berupa agenesis vagina maka perlu
diperhatikan faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan seperti faktor
emosi penderita dan keluarganya, waktu melakukan tindakan, serta jenis
pembedahan yang dipilih. Adapun jenis pembedahan pada kelainan pada vagina :
1. Labia, bila terlalu lebar dilakukan labiaplasti, bila sobek dilakukan
reparasi, dan kalau adhesi dilakukan insisi.
2. Vagina :
- Himen imperforata dilakukan eksisi
- Septum vagina dilakukan insisi dengan pemasangan mold untuk 4-5 hari
untuk septum longitudinal dilakukan eksisi saja kalau diperlukan.
- Agenesis vagina dilakukan vaginoplasti dengan graf selaput amnion.
- Adhesi dinding vagina karena didapat dilakukan vaginoplasti dengan mold.
- Penonjolan dinding belakang vagina (rektokel) dilakukan kolporafi
posterior.
- Pelebaran mulut vagina dilakukan kolpoperineografiplasti.
- Fistula dilakukan reparasi atau fistuloplasti.
Vagina
• Septum Vagina: Septum vagina Akibat gangguan fusi atau kanalisasi kedua
duktus muleri Pada persalinan dapat robek atau perlu diguntung dan diikat bila
berdarah @plasia dan atresia vagina Duktus muler berfusi tapi tidak membentuk
kanal.teraba sebagai jaringan yang tebal saja.tidak ada vagina, pada lubang
masuk seperti cekungan saja.
• Aplasia dan Atresia Vagina:Kegagalan perkemabangan duktus Muller, Vagina
tak terbentuk dan lobang vagina hanya lekukan kloaka.
• Kista Vagina:Kista Vagina Sisa duktus muler Sisa duktus garner di
anterolateral vagina Pengobatan dengan pengangkatan UTERUS dan Tuba fallopii
Uterus: Uterus septus dan subseptus Dua uterus: Bikornis bikoli Bikornis uni
kollis Uterus arcuatus Uterus terdiri 2 bagian yang tidak simetris Ovarium:
Tidak ada ovarium Ovarium tambahan Sistim Genitalia dan sistim Tr.Urogenitalis:
Karena hubungan pertumbuhan dekat maka kelainan dapat mengenai
keduanya.Termasuk kloaka persisten, ekstrofi kandung kencing, klitoris terbagi
dua
Uterus dan Tuba Valopii:
• Tuba
Dapat terjadi atresia parsiil tapi lebih sering tuba panjang dan
sempit(hypoplasia).Keadaan yang terakhir mangurangi fertilitas atau dapat
menimbulkan kehamilan ektopik.
• Uterus
Kelainan pada uterus biasanya disebabkan karena saluran Muller tidak tumbuh
atau karena persatuan saluran Muller tidak terjadi.
o Uterus duplex(uterus didelphys):saluran Muller tidak bersatu sehingga
terjadi dua uterus dan dua vagina
o Uterus(duplex)bikornis:uterus ada 2 tetapi dinding cervix yang medial
bersatu.Dapat menimbulkan kelainan letak seperti letak sungsang yang tidak
dapat diversi
o Uterus bicornis unicollis:Corpus uteri 2 tapi cervik hanya satu
Uterus septus dan subseptus:terdapat septum pada uterus yang lengkap§ atau sebagian.Dapat menimbulkan abortus,kelainan letak atau retention
placenta.
Uterus arcuatus:persatuan terjadi tetapi fundus tetap lebar,dapat
menyebabkan letak lintang.§
Pertumbuhan kembar yang asimetris:dapat terjadi cornu yang rudimenter§ yang dad hubungannya dengan kavum uteri atau sama sekali tidak ada hubungan
dengan cavum uteri.Dapat menimbulkan haematomtre atau kehamilan ektopik
PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL
Secara umum, penyebab perdarahan uterus abnormal adalah kelainan organik (tumor,
infeksi), sistemik (kelainan faktor pembekuan), dan fungsional alat reproduksi.
o Hipermenore
Hipermenore adalah perdarahan haid yang jumlahnya banyak, ganti pembalut
5-6 kali per hari, dan lamanya 6-7 hari. Penyebabnya adalah kelainan pada
uterus (mioma, uterus hipoplasia atau infeksi genitalia interna), kelainan
darah, dan gangguan fungsional. Keluhan pasien berupa haid yang banyak. Pada
setiap wanita berusia 35 tahun harus dilakukan kuretase diagnostik untuk
menyingkirkan keganasan.
o Hipomenore
Hipomenore adalah perdarahan haid yang jumlahnya sedikit, ganti pembalut
1-2 kali per hari, dan lamanya 1-2 hari. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen
& progesteron, stenosis himen, stenosis serviks uteri, sinekia uteri
(sindrom Asherman). Sinekia uteri didiagnosis dengan histerogram atau
histeroskopi.
o Metroragia
Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan
siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu
spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh.
Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium,
karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen.
o Menoragia
Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah darah
kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan pengobatan kasus ini sama dengan
hipermenorea.
o Amenore
Bila tidak haid lebih dari 3 bulan baru dikatakan amenore, diluar amenore
fisiologik. Penyebabnya dapat berupa gangguan di hipotalamus, hipofisis,
ovarium (folikel), uterus (endometrium) dan vagina. Kasus-kasus yang harus
dikirim ke dokter ahli adalah adanya tanda-tanda kelaki-lakian (maskulinisasi),
adanya galaktorea, cacat bawaan, uji estrogen & progesteron yang negatif,
adanya penyakit lain (tuberkulosis, penyakit hati, diabetes melitus, kanker),
infertilitas atau stress berat.
Anamnesis yang perlu dicari adalah usia menars, pertumbuhan badan, adanya
stress berat, penyakit berat, penggunaan obat penenang, peningkatan atau
penurunan berat badan yang mencolok. Pemeriksaan ginekologik yang dilakukan
adalah pemeriksaan genitalia interna / eksterna. Pemeriksaan penunjang berupa
uji kehamilan dan uji progesteron.
ENDOMETRIOSIS
Endometrium :
- Lapisan dalam dinding kavum uteri, norrmal tidak terdapat di tempat lain.
- Endometrium terdiri atas jaringan ikatt / stroma dan sel-sel selapis
kubis yang
berproliferasi dan menebal setelah haid lalu runtuh pada saat haid.
- Siklus endometrium juga dipengaruhi olleh poros
hipotalamus-hipofisis-ovarium.
- Puncak LH hipofisis terjadi 24-36 jam sebelum ovulasi.
- Estradiol dihasilkan sel teka interna folikel dan pasca ovulasi sel teka
tersebut
berubah menjadi sel lutein yang menghasilkan progesteron.
Endometriosis adalah pertumbuhan abnormal dari kelenjar dan stroma endometrium
di luar uterus. Atau terdapatnya kelenjar atau stroma endometrium di tempat /
organ lain selain dinding kavum uteri.
Patogenesis endometrium diterangkan oleh beberapa teori diantaranya teori
histogenesis, teori metaplasia coelomik dan teori induksi.
Teori histogenesis menerangkan bahwa endometriosis terjadi akibat adanya
regurgitasi tuba epitel menstruasi – implantasi jaringan endometrium pada
tempat abnormal tersebut. Faktor determinasi yang diperkirakan abnormal adalah
regurgitasi darah haid / menstruasi retrograd (darah haid yang tidak keluar
melalui serviks mengalir ke tuba – ovarium dan keluar ke rongga peritoneum)
kemudian tumbuh berkembang karena organ yang ditempati tidak mengadakan reaksi
penolakan (karena bukan benda asing / antigen).
Teori histogenesis : transplantasi, metastasis limfatik / vaskuler. Faktor
determinasi adalah respon imunologik yang rendah, faktor genetik, status hormon
steroid dan hormon pertumbuhan.
Teori metaplasia coelomik : menerangkan pertumbuhan endometrium di vagina
padah`l tidak ada hubungan vaskularisasi antara keduanya. Diperkirakan primer
berasal dari sisa jaringan yang terdapat sejak perkembangan embrionik (saluran
Muller). Demikian juga pada organ-organ yang berasal dari saluran Muller
lainnya.
Teori induksi : lanjutan dari teori metaplasia, diperkirakan faktor
biokimia endogen menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak
berdiferensiasi menjadi jaringan endometrium.
Pasca Operasi Uterus
(Misalnya miomektomi atau seksio sesar) dapat terjadi lapisan endometrium
melekat atau terjahit dengan miometrium kemudian tumbuh menjadi endometriosis.
Teori yang diterima akhirnya adalah patogenesis multifaktorial : genetik,
imunologi, endokrin dan mekanik.
(Endometriosis : “the disease of many theoris in gynecology” seperti halnya
dengan pre eklampsia pada obstetri)
Kemungkinan lokasi endometriosis :
- Endometriosis interna : dibagian lain uterus misalnya serviks dan
isthmus.
- Endometriosis eksterna : di luar uteruus.
- Adenomiosis : endometrium di dalam lappisan miometrium.
- Endometrioma : endometrium dalam ovariium – kista coklat.
- Pada organ / tempat lain misalnya di ppermukaan / dinding usus, cavum
Douglasi,ligamen-ligamen, dan sebagainya. Jaringan endometrium ektopik ini
berproliferasi, infiltrasi dan menyebar ke organ-organ tubuh. Ditemukan
20-25 % pada laparatomi pelvis.Terbanyak ditemukan pada usia 30-40 tahun.
Pertumbuhan endometrium di tempat lain dapat menimbulkan reaksi inflamasi.
Pada haid dapat menimbulkan sakit hebat karena :
- Perdarahan intraperitoneal.
- Perlengketan (tertahan pada pergerakann).
- Akut abdomen.
Endometriosis peritoneum :
- Warna merah (aktif/baru) atau coklat hhitam (sudah lisis) atau putih
(fibrosis).
- Dapat hipervaskuler (lesi aktif) atau avaskuler (lesi baru atau
fibrosis).
- Permukaan rata atau menonjol atau iregguler.
- Letak superfisial (di permukaan organ / peritoneum) atau profunda
(invasif ke
organ).
Lokalisasi sering :
- Ovarium, biasanya bilateral (65%).
- Lapisan serosa uterus, peritoneum pelvvis.
- Kolon sigmoid / kavum Douglasi, ligameentum sakrouterinoma / latum, tuba
Fallopii.
- Vagina, serviks, dan usus.
- Paru, mukosa vesika uterina / saluran kemih, umbilikus, ginjal dan kaki
(jarang).
Gejala dan tanda klinik :
- Nyeri pelvis / abdomen difus pada lokaasi tertentu.
- Teraba nodul atau nyeri pada ligamentuum sakrouterina, dinding belakang
uterus dan cavum Douglasi.
- Gerakan terbatas & nyeri pada genitaliia interna.
- Uterus retroversi dan terfiksasi.
- Teraba massa tumor dan nyeri tekan di adneksa.
- Dinding forniks posterior vagina memenndek.
Pemeriksaan penunjang diagnostik :
- Ultrasonografi : gambaran bintik-bintiik salju
- Laparatomi / laparaskopik.
- Assay Ca 125.
Penampilan endometriosis :
- Infertilitas primer (26-39 %)
- Infertilitas sekunder (12-25 %)
- Nyeri panggul kronik (4-65 %)
- Dismenorhea (7-32 %)
- Massa / kista ovarium (10-35 %)
- Bercak / spotting pre menstruasi (35 %%)
- Nyeri akut abdomen, ileus obstruktif, kolik ureter (jarang).
Selain itu sering terdapat keluhan dispareunia, tumor pelvik, gangguan
haid, nyeri perut saat defdkasi (diskezia) dan nyeri pinggang.
Diagnosa banding : tumor ovarium, mioma multipel, karsinoma rektum,
penyakit radang panggul dan metastasis tumor di cavum Douglasi.
Klasifikasi Endometriosis Acosta 1973
1. Ringan :
- Endometriosis menyebar tanpa perlekatan pada anterior atau posterior
cavum
Douglasi / permukaan ovarium / peritoneum pelvis.
2. Sedang :
- Endometriosis pada 1 atau kedua ovarium disertai parut dan retraksi atau
endometrioma kecil.
- Perlekatan minimal juga di sekitar ovarium yang mengalami endometriosis.
- Endometriosis pada anterior atau posterior cavum Douglasi dengan parut
dan
retraksi atau perlekatan tanpa implantasi di kolon sigmoid.
3. Berat :
- Endometriosis pada 1 atau 2 ovarium ukuran lebih dari 2 x 2 cm2.
- Perlekatan 1 atau 2 ovarium / tuba fallopii / cavum Douglasi karena
endometriosis.
- Implantasi / perlekatan usus dan / atau traktus urinarius yang nyata.
Penatalaksanaan Endometriosis
Prinsip :
- Terapi medikamentosa untuk supresi horrmon.
- Intervensi surgikal untuk membuang impplant endometriosis.
Objektif :
- Kontrol nyeri pelvik kronik (terapi obbat saja).
- Penatalaksanaan infertilitas (terapi oobat dan pembedahan).
- Penataksanaan endometrioma (terapi pemmbedahan).
- Tumor ekstragenital / ekstrapelvik (teerapi obat dan pembedahan).
- Pencegahan kekambuhan (terapi optimaliisasi pra bedah).
- Penatalaksanaan asimptomatik (obat horrmonal / non hormonal), bedah.
Pengobatan hormonal :
- Progesteron : MDPA
- Danazol (17-alfa-etinil-testosteron)
- Kombinasi estrogen-progesteron : pil kkontrasepsi.
- Anti progestasional : etilnorgestrienoon / gestrinon.
- Agonis GnRH : leuprolid asetat, gosereelin, buserelin asetat, nafarelin,
histrelin,
lutrelin.
Efek yang diharapkan :
- Progesteron (medroxyprogesteron) : dessidualisasi dan atrofi endometrium
serta
inhibitor gonadotrofik yang kuat.
- Kombinasi estrogen / progesteron (pil kontrasepsi) : “pseudo pregnancy”,
desidualisasi dan pertumbuhan endometrium diikuti atrofi endometrium.
- Antiprogestasional : anti progestogeniik dan estrogenik melalui aktivasi
degradasi
enzim lisosomal sel.
- GnRH agonist : menyebabkan kadar estroogen menurun seperti pada saat
menopause.
- Testosteron : mensupresi LH & FSH, mennghambat pertumbuhan
endometriosis.
- Untuk terapi nyeri dapat digunakan inhhibitor prostaglandin-sintetase.
Obat yang sekarang banyak dipakai dan dikembangkan : agonis GnRH.
Mekanismenya : suplai hormon – internalisasi – dikenali oleh mRNA –
sintesis protein.
GnRH : hormon untuk menghasilkan gonadotropin.
Agonis GnRH : regulasi luluh reseptor GnRH pada sel gonadotropin hipofisis.
- Penekanan sekresi dan sintesis FSH dann LH hipofisis.
- Supresi ovarium : hambatan pematangan folikel dan hambatan produksi
estradiol.
Diharapkan hipoestrogenisme akan menghambat pertumbuhan berlebihan jaringan
endometriosis.
Selama sekitar 24 minggi, GnRH agonis akan memberikan efek :
1. Amenorhea
2. Gangguan reseptor estrogen (misalnya payudara mengecil).
3. Gangguan psikis atau neurologis.
4. Gangguan dalam hubungan seksual.
Pengobatan surgikal : untuk membersihkan fokus / implant endometriosis.
Permasalahan seputar endometriosis :
- Prevalensi – faktor predisposisi.
- Mekanik (peningkatan tekanan intraabdoominal / intrauterin, pencetus
regurgitasi.
- Implantasi pasca retrograd menstruasi..
- Imunitas.
- Perlindungan terhadap kesehatan kerja : efisiensi, kenyamanan kerja.
- Peningkatan biaya pengobatan / perawattan kesehatan (health-cost
maintenance).
- Masalah kesehatan reproduksi di masa ddepan.
Pencegahan :
- Tidak menunda kehamilan.
- Tidak melakukan kerokan / kuret pada wwaktu haid.
- Pemeriksaan ginekologi teratur.
. Diagnostik untuk Menegakkan Diagnosis
1. Anamnesis : tanyakan keluhan-keluhan yang berhubungan dengan fungsi
utama vagina di samping keluhan-keluhan lainnya.
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan ginekologi dengan teliti dan cermat serta sistematik dari
luar sampai kedalam vagina
4. Pemeriksaan colok dubur untuk mengetahui sfingter ani, tonusnya, serta
jarak anus dengan vagina dan tonus fasia rekto vagina.
5. Pemeriksaan khusus : pemeriksaan genetik (kromosom dan seks kromatik),
pemeriksaan USG, dan pemeriksaan IVP.
Ovarium
Dysgenesi ovarium:Walaupun susunan kromosom normal kadang-kadang terjadi
gambaran seperti pada dysgenesi XO.Apakah ovarium prier tidak terbentuk ataukah
kemudian mengalami degenerasi tidak diketahui.Dengan sendirinya hormone ovarium
sangat kurang dan hal ini mengakibatkan alat genital yang infantile.
Gejala :
o Biasanya penderita pendek jalannya
o Pterygium colli
o Genetalia infantile
o Rambut sekunder dan pertumbuhan mamae tidak ada
o Amenorrhoe primer
Terapi : pemberian esterogen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar